Pages

July 6, 2012

Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung
 


 Pendahuluan
Musim tanam jagung telah tiba, namun petani khususnya di kecamatan Purwoasri dihantui ketidak pastian dan keraguan akan munculnya bulai.. Berbicara mengenai penyakit tanaman jagung, tahun-tahun ini telah mem-booming satu penyakit tanaman jagung yang tidak hanya menyerang kancah regional atau nasional saja, tetapi juga sudah memasuki kancah internasional karena sudah ada banyak negara berbasis pertanian di belahan dunia yang telah mendapat ancaman serta dampak negatifnya. Penyakit tersebut adalah BULAI. Hal tersebut yang menyebabkan perkembangan maupun pertumbuhan tanaman jagung sangat terganggu sehingga berdampak pada penurunan produksi dan produktivitas jagung nasional. Tentunya menghambat pula pada target pemerintah untuk mencapai swasembada pangan, khususnya swasembada jagung.

Sampai detik ini pula para peneliti baik peneliti dari akademisi maupun praktisi dan peneliti dari pihak pemerintah maupun swasta, belum juga dapat menemukan cara ampuh mengatasi penyakit tersebut secara pasti. Namun ada beberapa perlakuan yang perlu diketahui bersama untuk meminimalisir serangan penyakit bulai baik secara preventif maupun kuratif, yang akan dibahas pada bab II materi ini, dengan harapan tidak terkena serangan penyakit bulai, atau meskipun terserang serangannya masih dapat terkendali.

Tujuan
Meningkatkan pengetahuan petani/ masyarakat tani secara mendalam supaya memahami dengan baik dan benar mengenai penyakit bulai pada tanaman jagung
-  Meningkatkan keterampilan petani/ masyarakat tani dengan perubahan pola pikir logis mengenai bagaimana metode pembudidayaan tanaman jagung sehingga mereka mampu menentukan sikap untuk bersedia dengan penuh kesadaran sendiri mencegah penyakit bulai yang menyerang tanaman jagung (preventif) maupun mengambil keputusan tepat bila tanaman jagung telah terserang penyakit tersebut (kuratif)

SSeputar penyakit Bulai
Penyakit bulai merupakan penyakit yang menyerang tanaman jagung yang telah merambah di seluruh dunia. Bulai telah dilaporkan di Asia (China, India, Indonesia, Israel, Japan, Thailand); Africa (Congo, Somalia); America (Argentina, Jamaica, Venezuela); Oceania (Australia). Philippine downy mildew terbatas terdapat di Asia. Penyakit ini menjadi masalah besar di Philippines dimana kehilangan hasil secara nasional tercatat mencapai 8% pada tahun 1974-1975. Satu penelitian melaporkan bahwa kehilangan hasil akibat bulai pada tanaman jagung dapat mencapai 100% (Exconde & Raymundo 1974). Penyakit bulai di India kurang begitu parah, tetapi kehilangan hasil sampai 60% pernah di laporkan (Bonde 1982; Payak 1975).
Penyakit bulai (downey mildew) disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis, merupakan penyakit yang sangat perlu mendapat perhatian lebih pada tanaman jagung karena tanaman yang tertular/ terinfeksi nantinya mampu berakibat tidak menghasilkan biji sama sekali. Penyakit ini telah dikenal di Indonesia terutama di Jawa sejak tahun 1897 (Semangoen, 1968). Di Lampung pada musim tanam 1973/ 1974 dan 1996/ 1997, penyakit bulai menginfeksi pertanaman jagung dalam areal yang cukup luas (Subandi et al., 1998).
Penyakit bulai adalah gejala dari serangan Oomycetes dari suku Peronosporaceae (downy mildew), khususnya marga Peronosclerospora, yang ditemukan pada berbagai anggota rumput-rumputan (Poaceae). Jagung, sorgum, tebu, padi, dan gandum semua mengalami serangan dari kelompok ini.

  




Gejala Penyakit Bulai
-   Tampak garis-garis putih atau kuning sejajar tulang daun dengan batas yang jelas. Warna daun tanaman muda yang mendadak menjadi bergaris-garis kuning pucat (klorosis/ khlorotik) atau bahkan putih yang kemudian menyebar ke seluruh daun. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Pada serangan yang berat, seluruh tubuh tanaman berwarna kuning pucat dan kemudian mati. Bahkan bila infeksi sampai ke titik tumbuh maka daun yang tumbuh kemudian juga mengalami khlorotik
-    Akar terbatas perkembangannya demikian juga pertumbuhan tanaman
-   Bila masih muda terinfeksi maka tanaman tidak menghasilkan, dengan kata lain penyakit ini apabila menyerang pada stadium pertumbuhan awal dapat menyebabkan 100% kegagalan panen. Namun bila tanaman sudah dewasa yang diserang maka jumlah biji pada buah sangat berkurang, tapi masih bisa panen
-   Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek.

Ekologi Penyakit Bulai
Perkembangan penyakit bulai dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara. Kelembaban di atas 80%, suhu 28-30oC dan adanya embun ternyata dapat mendorong perkembangan penyakit. Peronosclerospora maydis membentuk konidia/ sporangium bulat hialin 17-23 x 27-39 mikrometer pada permukaan bawah daun, dilepaskan pada pagi hari. Infeksi ini dilakukan oleh konidia melalui stomata. Konidia ini terbentuk pada jam 1:00 s/d 2:00 pagi apabila suhu 24oC dan permukaan daun tertutup embun. Konidia yang sudah masak akan disebarkan oleh angin pada jam 2:00 s/d 3:00 pagi dan berlang-sung sampai jam 6:00 s/d 7:00 pagi. Konidia yang disebarkan oleh angin, apabila jatuh pada permukaan daun yang berembun, akan segera berkecambah.

Penyebab Penyakit Bulai
Beberapa penyebab mewabahnya penyakit bulai, antara lain adalah sebagai berikut :
1.  Penanaman varietas jagung rentan bulai
2.  Penanaman jagung berkesinambungan
3.  Efektivitas fungisida rendah akibat dosis dikurangi atau dipalsukan
4.  Tidak adanya tindakan eradikasi
5.  Adanya resistensi bulai terhadap fungisida metalaksil
6.  Peningkatan virulensi bulai terhadap tanaman inang jagung

Pengendalian Penyakit Bulai 
Dalam hal ini terdapat dua macam pengendalian yaitu pengendalian secara preventif (pencegahan) maupun pengendalian secara kuratif (penindak lanjutan). Berdasarkan kenyataan di lapangan selama ini, kedua macam pengendalian tersebut masih begitu sulit diterapkan karena adanya aspek social ekonomi dari petani/ masyarakat tani. Oleh karenanya sangat tepat bila sebelum melaksanakan hal itu perlu dimusyawarahkan dengan petani jagung agar terjadi kesepakatan bersama baru kemudian monitoring perlu dilakukan sebelum penanaman serempak. Dengan menerapkan metode yang dimaksud setidaknya mampu meminimalisir serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. 
1.      Tindakan Preventif
-     Menekan sumber inokulum dengan periode bebas tanaman jagung
-     Penanaman serempak pada areal luas
-     Menanam varietas jagung tahan bulai yang tentunya berlabel (sertifikasi)
-     Melakukan seed threatment pada benih sebelum ditanam
-     Melakukan pergiliran tanaman
2.      Tindakan Kuratif
-     Eradikasi tanaman jagung terkena bulai

Konklusi

Pengelolaan tanaman secara terpadu merupakan salah satu cara meningkatkan produktivitas dan daya saing hasil. Terpadu di sini terkait erat dengan istilah manajemen. Penerapannya sebaiknya pada kelompok tani sehamparan dalam satu jaringan irigasi, yang mana untuk keberhasilannya diperlukan penguatan kelembagaan kelompok tani. Dengan adanya suatu kelompok maka segala sesuatu bisa dimusyawarahkan bersama dengan mencapai kata mufakat.

Penyakit bulai pada tanaman jagung merupakan masalah klasik yang seakan tidak pernah ada solusinya. Terdapat beberapa solusi, namun perlu pemahaman yang baik dalam menanggulanginya karena adanya pengaruh yang kuat dari aspek social ekonomi masyarakat tani. Tindakan preventif maupun kuratif adalah salah satu solusi dalam menanggulangi penyakit bulai pada tanaman jagung, yang termasuk dalam wadah praktis manajemen pertanian dalam organisasi kelompok tani. Manakala hal tersebut dicanangkan secara kompak dan sungguh-sungguh maka diharapkan produksi maupun produktivitas tanaman jagung bisa dicapai dengan baik.

No comments:

Post a Comment