Musim tanam jagung telah tiba, namun petani khususnya di kecamatan Purwoasri dihantui ketidak pastian dan keraguan akan munculnya bulai.. Berbicara
mengenai penyakit tanaman jagung, tahun-tahun ini telah mem-booming satu
penyakit tanaman jagung yang tidak hanya menyerang kancah regional atau
nasional saja, tetapi juga sudah memasuki kancah internasional karena sudah ada
banyak negara berbasis pertanian di belahan dunia yang telah mendapat ancaman
serta dampak negatifnya. Penyakit tersebut adalah BULAI. Hal tersebut
yang menyebabkan perkembangan maupun pertumbuhan tanaman jagung sangat
terganggu sehingga berdampak pada penurunan produksi dan produktivitas jagung
nasional. Tentunya menghambat pula pada target pemerintah untuk mencapai
swasembada pangan, khususnya swasembada jagung.
Sampai detik ini pula para peneliti baik peneliti dari akademisi maupun praktisi dan peneliti dari pihak pemerintah maupun swasta, belum juga dapat menemukan cara ampuh mengatasi penyakit tersebut secara pasti. Namun ada beberapa perlakuan yang perlu diketahui bersama untuk meminimalisir serangan penyakit bulai baik secara preventif maupun kuratif, yang akan dibahas pada bab II materi ini, dengan harapan tidak terkena serangan penyakit bulai, atau meskipun terserang serangannya masih dapat terkendali.
- Tujuan
Meningkatkan pengetahuan petani/ masyarakat tani secara mendalam supaya memahami dengan baik dan benar mengenai penyakit bulai pada tanaman jagung
Meningkatkan pengetahuan petani/ masyarakat tani secara mendalam supaya memahami dengan baik dan benar mengenai penyakit bulai pada tanaman jagung
- Meningkatkan keterampilan petani/ masyarakat
tani dengan perubahan pola pikir logis mengenai bagaimana metode pembudidayaan
tanaman jagung sehingga mereka mampu menentukan sikap untuk bersedia dengan
penuh kesadaran sendiri mencegah penyakit bulai yang menyerang tanaman jagung
(preventif) maupun mengambil keputusan tepat bila tanaman jagung telah
terserang penyakit tersebut (kuratif)
SSeputar penyakit Bulai
Penyakit
bulai merupakan penyakit yang menyerang tanaman jagung yang telah merambah di
seluruh dunia. Bulai telah dilaporkan di Asia (China, India, Indonesia, Israel, Japan, Thailand);
Africa (Congo, Somalia); America (Argentina, Jamaica, Venezuela); Oceania
(Australia). Philippine downy mildew terbatas terdapat di Asia. Penyakit
ini menjadi masalah besar di Philippines dimana kehilangan hasil secara
nasional tercatat mencapai 8% pada tahun 1974-1975. Satu penelitian melaporkan
bahwa kehilangan hasil akibat bulai pada tanaman jagung dapat mencapai 100%
(Exconde & Raymundo 1974). Penyakit bulai di India kurang begitu parah,
tetapi kehilangan hasil sampai 60% pernah di laporkan (Bonde 1982; Payak 1975).
Penyakit bulai (downey mildew) disebabkan oleh
cendawan Peronosclerospora maydis, merupakan penyakit yang sangat perlu
mendapat perhatian lebih pada tanaman jagung karena tanaman yang tertular/
terinfeksi nantinya mampu berakibat tidak menghasilkan biji sama sekali.
Penyakit ini telah dikenal di Indonesia terutama di Jawa sejak tahun 1897
(Semangoen, 1968). Di Lampung pada musim tanam 1973/ 1974 dan 1996/ 1997,
penyakit bulai menginfeksi pertanaman jagung dalam areal yang cukup luas
(Subandi et al., 1998).
Penyakit bulai
adalah gejala dari serangan Oomycetes dari suku Peronosporaceae (downy
mildew), khususnya marga Peronosclerospora, yang ditemukan pada
berbagai anggota rumput-rumputan (Poaceae). Jagung,
sorgum, tebu, padi, dan gandum semua mengalami serangan dari kelompok ini.
Gejala Penyakit Bulai
- Tampak garis-garis putih atau kuning
sejajar tulang daun dengan batas yang jelas. Warna daun tanaman muda yang
mendadak menjadi bergaris-garis kuning pucat (klorosis/ khlorotik) atau bahkan putih yang kemudian menyebar ke seluruh daun. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun
yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang
khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Pada serangan yang berat, seluruh
tubuh tanaman berwarna kuning pucat dan kemudian mati. Bahkan bila
infeksi sampai ke titik tumbuh maka daun yang tumbuh kemudian juga mengalami khlorotik
- Akar terbatas perkembangannya
demikian juga pertumbuhan tanaman
- Bila masih muda terinfeksi maka tanaman
tidak menghasilkan, dengan kata lain penyakit ini
apabila menyerang pada stadium pertumbuhan awal dapat menyebabkan 100%
kegagalan panen. Namun bila tanaman sudah dewasa yang diserang maka jumlah
biji pada buah sangat berkurang, tapi masih bisa panen
- Tanaman yang
terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala
lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan
terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun
sobek-sobek.
Ekologi Penyakit Bulai
Perkembangan
penyakit bulai dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara. Kelembaban
di atas 80%, suhu 28-30oC dan adanya embun ternyata dapat mendorong
perkembangan penyakit. Peronosclerospora maydis membentuk konidia/
sporangium bulat hialin 17-23 x 27-39 mikrometer pada permukaan bawah daun,
dilepaskan pada pagi hari. Infeksi ini dilakukan oleh konidia melalui stomata.
Konidia ini terbentuk pada jam 1:00 s/d 2:00 pagi apabila suhu 24oC
dan permukaan daun tertutup embun. Konidia yang sudah masak akan disebarkan
oleh angin pada jam 2:00 s/d 3:00 pagi dan berlang-sung sampai jam 6:00 s/d
7:00 pagi. Konidia yang disebarkan oleh angin, apabila jatuh pada permukaan
daun yang berembun, akan segera berkecambah.
Penyebab Penyakit Bulai
Beberapa penyebab mewabahnya
penyakit bulai, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Penanaman varietas jagung rentan bulai
2. Penanaman jagung berkesinambungan
3. Efektivitas fungisida rendah akibat dosis dikurangi atau
dipalsukan
4. Tidak adanya tindakan eradikasi
5. Adanya resistensi bulai terhadap fungisida metalaksil
6. Peningkatan virulensi bulai terhadap tanaman inang jagung
Pengendalian Penyakit Bulai
Dalam hal ini terdapat dua macam pengendalian yaitu
pengendalian secara preventif (pencegahan) maupun pengendalian secara kuratif
(penindak lanjutan). Berdasarkan kenyataan di lapangan selama ini, kedua macam
pengendalian tersebut masih begitu sulit diterapkan karena adanya aspek social
ekonomi dari petani/ masyarakat tani. Oleh karenanya sangat tepat bila sebelum
melaksanakan hal itu perlu dimusyawarahkan dengan petani
jagung agar terjadi kesepakatan bersama baru kemudian monitoring perlu
dilakukan sebelum penanaman serempak. Dengan menerapkan metode yang dimaksud setidaknya
mampu meminimalisir serangan penyakit bulai pada tanaman jagung.
1. Tindakan Preventif
- Menekan sumber inokulum dengan periode
bebas tanaman jagung
- Penanaman serempak pada
areal luas
- Menanam varietas jagung tahan bulai
yang tentunya berlabel (sertifikasi)
- Melakukan seed threatment
pada benih sebelum ditanam
- Melakukan pergiliran tanaman
2. Tindakan Kuratif
- Eradikasi tanaman jagung terkena bulai
Konklusi
Pengelolaan tanaman secara terpadu merupakan salah
satu cara meningkatkan produktivitas dan daya saing hasil. Terpadu di sini
terkait erat dengan istilah manajemen. Penerapannya sebaiknya pada kelompok
tani sehamparan dalam satu jaringan irigasi, yang mana untuk keberhasilannya
diperlukan penguatan kelembagaan kelompok tani. Dengan adanya suatu kelompok
maka segala sesuatu bisa dimusyawarahkan bersama dengan mencapai kata mufakat.
Penyakit bulai pada tanaman jagung merupakan masalah
klasik yang seakan tidak pernah ada solusinya. Terdapat beberapa solusi, namun
perlu pemahaman yang baik dalam menanggulanginya karena adanya pengaruh yang
kuat dari aspek social ekonomi masyarakat tani. Tindakan preventif maupun
kuratif adalah salah satu solusi dalam menanggulangi penyakit bulai pada
tanaman jagung, yang termasuk dalam wadah praktis manajemen pertanian dalam
organisasi kelompok tani. Manakala hal tersebut dicanangkan secara kompak dan
sungguh-sungguh maka diharapkan produksi maupun produktivitas tanaman jagung
bisa dicapai dengan baik.
No comments:
Post a Comment